Hera

Ratu para dewa, dewi pernikahan, dan perempuan

Hera (bahasa Yunani: Ἥρα atau Ἥρη) adalah dewi pernikahan dalam mitologi Yunani. Hera merupakan kakak perempuan sekaligus istri Zeus. Hera adalah anak dari Kronos dan Rea dan merupakan salah satu dari 12 Dewa Olimpus. Dalam mitologi Yunani, Hera dihubungkan dengan Juno. Sapi dan merak adalah hewan yang dikeramatkan untuknya. Ia digambarkan sebagai dewi yang penuh keagungan dan penuh hikmat. Hera sering ditahtakan dan dimahkotai dengan polos (mahkota berbentuk lingkaran yang hanya dikenakan oleh beberapa dewi besar).

Hera
Patung kepala Hera yang mengenakan polos
Ratu para dewa
Dewi pernikahan dan perempuan
SimbolDelima, bulu merak, mahkota, apel, sapi, singa, gagak, elang, tongkat lotus.
PasanganZeus
Orang tuaKronos dan Rea
SaudaraPoseidon, Hades, Demeter, Hestia, Zeus
AnakAres, Enyo, Hebe, Eileithiia, Hefaistos, dan Eris
Padanan dalam mitologi RomawiJuno

Hera dikenal atas sifatnya yang pencemburu dan pendendam, terutama pada selingkuhan dan anak-anak Zeus. Hera juga pernah murka pada Pelias karena melakukan pembunuhan di kuil Hera, dan pada Paris yang tidak memilih Hera sebagai dewi tercantik melainkan memilih Afrodit sebagai yang tercantik.

Etimologi

sunting

Walter Burkert menghubungkan nama Hera dengan hora (‘ωρα, musim).[1] Ada juga pendapat bahwa Hera merupakan bentuk feminin dari hērōs (‘ηρως, tuan). Namun John Chadwick, seorang pengurai Linear B, mengatakan bahwa kaitan antara Hera dengan 'hero' tidaklah jelas[2] Di Linear B sendiri, Hera disebut sebagai E-ra.

Pemujaan

sunting

Kuil dan festival

sunting
 
Sisa-sisa kuil Hera di Samos.
 
Kuil Hera di Olympia.
 
Kuil Hera di Paestum.

Hera kemungkinan adalah dewi pertama yang didedikasikan dengan altar dalam ruangan yaitu di Samos sekitar 800 SM (altar Yunani biasanya ada di depan kuil di tempat terbuka). Kuil jenis ini kemudian diganti dengan Heraion, salah satu kuil terbesar di Yunani. banyak kuil yang dibangun di sana sehingga tanggal pastinya menjadi tidak jelas. Diketahui bahwa kuilyang dibangun oleh para pengukir dan arsitek Rhoikos hancur antara 570- 60 SM. Kuil ini lalu digantikan oleh kuil Polikrates antara 540-530 SM. Di salah satu kuil dapat terlihat adanya 155 tiang. Tidak adanya genteng pada kuil ini membuat dugaan apakah kuil ini tidak terselesaikan ataukah memang sengaja dibuat terbuka.

Penggalian di Samos menunjukkan adanya persembahan untuk Hera, banyak di antaranya berasal dari akhir abad ke-8 dan ke-7 SM. Selain itu, banyak persembahan yang datang dari Armenia, Babilonia, Iran, Assyria, dan Mesir, yang menunjukkan bahwa Hera bukan hanya dewi lokal tetapi sudah dikenal ke berbagai wilayah di sekitarnya. Hera juga memiliki salah satu kuil terawal di Olympia dan dua kuil (dari abad ke-5 dan ke-6) di Paestum.

Meskipun kuil terawal dan terbesar untuk Hera adalah kuil Heraion di Samos, namun di daratan Yunani Hera dikenal sebagai Hera Argeia (Hera dari Argos) di kuilnya yang terletak antara kota Argos dan Mikenai,[3] tempat digelar festival untuk Hera yang disebut Heraia. Dalam buku iv Iliad, Hera menyebutkan bahwa tiga kota favoritnya adalah Argos, Sparta, dan Mikenai.[4]

Ada kuil untuk Hera di Olympia, Korintus, Tiryns, Perakhora dan pulau suci Delos. Di Yunani Besar, dua kuil Doria untuk Hera dibangun di Paestum, sekitar 550 SM dan 450 SM. Salah satu dari kuil itu pernah disebut Kuil Poseidon sebelum diketahui bahwa itu sebenarnya merupakan kuil Hera.[5]

Di Euboea setiap enam tahun sekali digelar festival Daidala Besar untuk memuja Hera.

Pemujaan awal Hera

sunting
 
Patung Hera buatan Romawi di Museum Louvre.

Pemujaan Hera pada masa kuno awal ditandai dengan dua proyek bangunan besar untuk memujanya. Dua kuil Hera di dua pusat pemujaaannya, yaitu kuil Heraion dari Samos dan kuil Heraion dari Argos di Argolid, merupakan salah satu kuil Yunani terawal yang dibangun, pada abad ke-8.

Dalam Himne Homer untuk Apollo Pithia, monster Tifon disebut sebagai keturunan Hera dalam wujud Minoanya. Hera diceritakan melahirkan Tifon sendirian di gua di Sisilia.[6] Hera lalu memberikan makhluk itu pada Gaia untuk dibesarkan.

Di Olympia, patung Hera dalam posisi duduk adalah lebih tinggi daripada patung Zeus yang menemaninya. Homer menceritakan hubungan Hera dengan Zeus secara halus dalam Iliad. Di sana disebutkan bahwa Hera berkata pada Zeus, "Aku adalah putri tertua Kronos, dan aku terhormat tidak hanya di atas bumi ini, tetapi juga karena aku adalah istrimu, dan kau adalah raja para dewa."[7]

Dalam versi akhir mitosnya, Hera muncul sebagai dewi yang banyak menghukum para wanita selingkuhan Zeus, karena Hera menjunjung tinggi semua aturan lama masyarakat Yunani serta martabatnya sebagai istri .

Sebagai dewi matriarki

sunting

Ada suatu pendapat yang dicetuskan oleh Johann Jakob Bachofen pada pertengahan abad ke-19,[8] tentang kemungkinan bahwa Hera pada awalnya merupakan dewi orang-orang matriarki, yang diduga menghuni Yunani sebelum orang-orang Yunani kuno. Menurut pendapat ini, pemujaannya sebagai dewi pernikahan membentuk ikatan patriarki dari bawahannya sendiri: perlawanannya pada perselingkuhan Zeus diterjemahkan sebagai "kecemburuan" Hera", dan pada akhirnya melemahkan pemujaannya yang lebih kuno sebagai dewi matriarki.[9]

Namun ada sanggahan terhada teori tersebut, yakni adanya fakta statistik bahwa matriarki yang ketat (suatu masyarakat yang dipimpin oleh perempuan) tidak ditemukan dalam budaya kuno maupun modern.[10][11][12][13][14][15]Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref> dan di Plataia, ada patung Hera sebagai pengantin dalam posisi duduk, dipahat oleh Kalimakhos, selain juga patung Hera sebagai matron dalam posisi berdiri.[16]

Hera juga pernah disembah sebagai perawan: Ada sebuah tradisi di Stimfalia, Arkadia, bahwa ada tiga altar untuk Hera, antara lain untuk Hera sang Perawan, sang Matron, dan sang Terpisah (Χήρη [Chḗrē], Janda atau Bercerai).[17] Di daerah sekitar Argos, kuil Hera di Hermione dekat Argos adalah untuk Hera sang Perawan;[18] di mata air Kanathos, dekat Nauplia, Hera memperbarui keperawanannya setiap tahun dalam sebuah ritual yan tidak boleh diucapkan (arrheton).[19]

Atribut

sunting
 
Le Paon se plaignant à Junon oleh Gustave Moreau, menggambarkan Hera bersama burung merak.

Kereta Hera ditarik oleh burung merak, yang baru dikenal oleh orang Yunani setelah penaklukan Aleksander yang Agung. Guru Aleksander, Aristoteles, menyebutnya "burung Persia." Motif merak dibangkitkan lagi pada masa Renaisans oleh para pelukis Eropa.[20] Sementara pada masa yang lebih kuno, burung yang diasosiasikan dengan Hera adalah burung tekukur. Burung ini muncul dalam kisah pemerkosaan Hera oleh Zeus.

Atribut Hera yang lainnya adalah sapi. Sebagai dewi sapi, dia terutama disembah di Euboea, yang kaya akan sapi. Salah satu julukan Hera adalah Boôpis, yang ditrjemahkan sebagai "bermata sapi".

Buah delima, simbol dewi besar pada masa kuno, tetap menjadi simbol untuk Hera: banyak dari persembahan delima dan opium yang ditemukan di Samos terbuat dari gading, yang bertahan lebih lama daripada yang dari kayu, meskipun yang berbahan kayu lebih umum. Seperti dewi-dewi lainnya, Hera juga mengenakan mahkota dan kerudung.

Julukan

sunting

Berikut ini adalah beberapa julukan dan gelar Hera:

  • Αἰγοφάγος (Aigophágos) 'Pemakan kambing' (di antara orang Lakadaimos[21])
  • Ἀκραῖα (Akráia) 'Yang berderajat tinggi'[22]
  • Ἀργεία (Argéia) 'Dari Argos'
  • Βασίλεια (Basíleia) 'Ratu'
  • Βουναία (Bounáia) 'Dari gundukan tanah' (di Korintus[23][24])
  • Βοῶπις (Boṓpis) 'Bermata sapi' atau 'Berwajah sapi'
  • Λευκώλενος (Leukṓlenos) 'Berlengan putih'
  • Παῖς (Pais) 'Anak' (sebagai dewi perawan)
  • Παρθένος (Parthénos) 'perawan'
  • Τελεία (Teléia) (sebagai dewi pernikahan)
  • Χήρη (Chḗrē) 'Janda'

Hera dalam mitologi

sunting
 
Ilustrai buatan Agostino Carracci, menggambarkan Hera yang sedang berhubungan seksual dengan Zeus.

Hera dan Zeus

sunting

Zeus adalah adik Hera. Zeus menyukai Hera tetapi Hera selalu menolaknya, karena itu Zeus menggunakan tipu muslihat untuk mendapatkan Hera. Zeus mengubah dirinya menjadi burung tekukur. Ketika Hera melihat burung tersebut, dia mendekatkan burung tersebut ke payudaranya, saat itulah Zeus berubah kembali dan memperkosa Hera. Untuk menutupi rasa malunya, Hera pun menikahi Zeus. Sejak saat itu Hera menjadi ratu para dewa.

Zeus senang berselingkuh, dan Hera sangat marah terhadap perempuan yang menjadi wanita selingkuhan Zeus. Hera memusuhi wanita-wanita tersebut termasuk juga anak-anak mereka.

Anak-anak Hera

sunting

Keturunan Hera dengan Zeus antara lain, Ares (dewa perang), Hebe (dewi masa muda), Eris (dewi perselisihan), dan Eileithiia (dewi kelahiran). Karena Hera iri dengan Zeus yang melahirkan Athena sendirian, maka Hera juga melahirkan Hefaistos tanpa suami. Sementara versi lain mengatakan bahwa Hefaistos adalah anak dari Hera dan Zeus, dan karena Hera dan Zeus merasa jijik dengan Hefaistos yang buruk rupa, maka ia dibuang dari gunung Olimpus.

Hefaistos kemudian merencanakan balas dendam pada Hera dengan membuat sebuah singgasana, ketika Hera duduk di singgasana tersebut Hera langsung terjebak dan tidak bisa melepaskan diri. Para dewa yang lain memohon pada Hefaistos untuk kembali ke Olimpus namun Hefaistos menolak. Dionisos berhasil membuat Hefaistos mabuk dan membawanya ke Olimpus dengan bagal. Hefaistos akhirnya melepaskan Hera setelah dinikahkan dengan Afrodit.[25]

Musuh-musuh Hera

sunting

Herakles

sunting

Hera adalah ibu tiri dan musuh Herakles.[26] Ketika Alkmene, ibu Herakles, sedang melahirkan Herakles, Hera berusaha mencegah kelahiran tersebut dengan menugaskan Eillithiia (dewi kelahiran). Tetapi berkat kecerdikan Galanthis, pembantu Alkmene, Herakles tetap bisa lahir.

 
Hera menyusui Herakles, lukisan vas dari tahun 360-350 SM.

Semasa Herakles masih bayi, Hera mengirim dua ekor ular untuk membunuhnya namun Herakles mencekik kedua ular tersebut sampai mati. Dalam suatu cerita, Zeus berhasil mengelabui Hera untuk menyusui Herakles. Ketika Hera sadar siapa yang disusuinya, dia langsung melempar bayi tersebut dan air susu Hera muncrat membentuk galaksi Bima Sakti (milky way).[27][28][29]

Ketika Herakles dewasa, Hera (dengan berkedok orakel Delfi) menyuruh Herakles untuk mengabdi pada raja Euristheus. Hera selalu berusaha membuat tugas Herakles menjadi lebih sulit.

Ketika Herakles melawan Hidra, Hera mengirim kepiting untuk menggigit kaki Herakles. Ketika Herakles sedang mengambil ternak Gerion, dia memanah dada kanan Hera, luka akibat panah tersebut tidak pernah hilang. Akibat perbuatannya itu, Hera mengirim serangga untuk menggigit ternak Geryon sehingga ternak-ternak tersebut berlarian. Hera juga mebuat sungai banjir sehingga Herakles mengalami kesuiltan untuk lewat. Herakles pada akhirnya berhasil membawa ternak tersebut pada Euristheus. Euristheus lalu mempersembahkan ternak tersebut untuk Hera.[30]

Euristheus juga mengorbangkan banteng Kreta untuk Hera namun sang dewi menolak pengorbanan tersebut karena melambangkan kehebatan Herakles. Banteng tersebut dibebaskan kembali dan mengembara di daerah Marathon sehingga dikenal sebagai Banteng Marathon.

Dalam Gigantomakhia, Gigant Porfirion berusaha memperkosa Hera namun Herakles datang dan menyelamatkan sang dewi. Setelah kejadian tersebut, Hera tidak lagi memusuhi Herkles, Hera bahkan menikahkan Herakles dengan anaknya, Hebe.[31]

Ada seorang nimfa bernama Ekho yang terus-menerus mengalihkan perhatian Hera dari perselingkuhan Zeus. Suatu hari Hera sadar dan menghukum Ekho atas perbuatanya. Hera mengutuknya sehingga Ekho hanya bisa mengulangi ucapan orang lain.[32]

 
Die Geburt des Apollo und der Diana oleh Marcantonio Franceschini, menggambarkan Leto yang baru saja melahirkan Artemis dan Apollo sementara di bagian atas ada Hera bersama meraknya.

Ketika Hera mengetahui bahwa Leto hamil oleh Zeus, dia lalu melarang bumi untuk menerima persalinan Leto sehingga Leto kesulitan mencari tempat untuk melahirkan. Leto akhirnya bisa melahirkan di Delos, pulau terapung yang tidak terhubung dengan bumi. Hera juga menculik Eileithyia, dewi kelahiran, supaya Leto tidak bisa melahirkan anaknya. Para dewa lain kemudian memaksa Hera sampai Hera bersedia melepaskan EiIlithyia. Setelah Leto melahirkan anak-anaknya, Hera mengirim drakon Pithon untuk menyerang Leto, tetapi naga tersebut dibinasakan oleh Apollo.[33]

Semele dan Dionisos

sunting

Ketika Hera tahu bahwa Semele, anak Kadmos raja Thebes, hamil oleh Zeus, Hera menyamar menjadi pembantu Semele dan membujuknya untuk meminta Zeus menunjukkan wujud aslinya. Semele termakan bujukan Hera dan meminta Zeus memerlihatkan wujud aslinya. Zeus ingin menolak tetapi dia telah bersumpah di sungai Stiks untuk mengabulkan apapun keinginan Semele. Zeus pun menunjukkan wujud aslinya dan Semele mati terbakar ketika melihatnya. Zeus kemudian mengambil bayi Semele dan memasukannya ke dalam pahanya. Dan di kemudian hari bayi tersebut lahir sebagai dewa Dionisos.[34] Dalam versi lain, Dionisos adalah anak Zeus dengan Demeter atau Persefone. Hera mengirim para Titan untuk mengoyak-ngoyak Dionisos. Zeus (atau mungkin Athena/Rea/Demeter) hanya berhasil menyelamatkan jantung Dionisos dan memasukkannya ke rahim Semele sehingga Semele mengandung Dionisos.

Hera hampir memergoki perselingkuhan Zeus dengan seorang wanita bernama Io. Tetapi Zeus mengubah Io menjadi seekor sapi sebelum ketahuan oleh Hera. Hera yang curiga kemudian meminta sapi tersebut sebagai hadiah.

Setelah Io diberikan pada Hera, ia dijaga oleh Argus Panoptes, raksasa bermata seratus, karena Hera ingin memisahkan Io dari Zeus. Zeus mengirim Hermes untuk membunuh Argus Panoptes dan membebaskan Io. Setelah Argus meninggal, Hera mengambil semua mata Argus dan memasangnya pada burung kesayangannya, merak.[35][36] Hera juga mengirim serangga untuk terus-menerus menyengat Io yang berusaha kabur ke berbagai tempat di bumi. Akhirnya Io sampai di Mesir, tempat ia dijadikan manusia kembali dan menjadi pendeta salah satu dewa Mesir, Isis.

Lamia adalah seorang ratu di Libya, yang dicintai oleh Zeus. Zeus telah berkali-kali bercinta dengan Lamia. Hera yang cemburu kemudian membunuh setiap anak yang dilahirkan oleh Lamia. Terus-menerus kehilangan anak, Lamia akhirnya menjadi gila dan mulai memakan anak-anak orang lain. Lama-kelamaan, Lamia benar-benar berubah menjadi monsster pemakan anak.

Gerana

sunting

Gerana adalah ratu Pigmi yang menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa dia lebih cantik dari Hera. Dewi Hera yang marah mengubah Gerana menjadi burung bangau dan menyatakan bahwa anak-anaknya akan memicu perang abadi dalam bangsa Pigmi.

Kisah lain

sunting

Kidippe

sunting

Kidippe, seorang pendeta wanita Hera, menyiapkan festival untuk Hera. Lembu yang biasa digunakan untuk menarik kereta dalam festival tersebut datang terlambat dan akhirnya kedua putra Kidippe, Biton dan Kleobis, menggantikan lembu menarik kereta sejauh 45 stadia (8 kilometer). Kidippe terkesan dengan pengabdian putra-putranya dan meminta Hera untuk memberi anugerah atas pengabdian tersebut. Hera lalu menyatakan bahwa mereka akan mati ketika sedang tidur.[37]

Tiresias

sunting

Zeus dan Hera berdebat mengenai siapa yang lebih menikmati hubungan seksual, Zeus mengklaim perempuan sedangkan Hera berpendapat bahwa laki-laki lebih mendapat kenikmatan. Mereka kemudian bertanya pada Teiresias, seorang pria yang secara ajaib pernah menjadi perempuan. Teiresias setuju dengan pendapat Zeus, akibatnya Hera membutakannya. Zeus tidak bisa membalikkan kutukan Hera sehingga Zeus memberi Teiresias kemampuan meramal sebagai ganti atas kebutaannya.

Perang Troya

sunting

Dalam Perang Troya, Diomedes bertarung dengan Hektor dan melihat Ares membantu pasukan Troya. Diomedes menyuruh pasukannya mundur perlahan. Hera lalu meminta izin Zeus untuk mengeluarkan Ares dari medan pertempuran. Zeus setuju dan Hera menyuruh Diomedes untuk melempar Ares dengan tombak. Dengan bantuan Athena, tombak tersebut mampu melukai Ares sampai-sampai sang dewa perang menjerit kesakitan.

Kemarahan Hera

sunting

Hera membenci Pelias karena Pelias telah menodai kuil Hera dengan melakukan pembunuhan terhadap Sidero, nenek tirinya, di dalamnya. Hera kemudian menyuruh Iason dan Medeia untuk membunuh Pelias.

Di Trakia, Hera dan Zeus mengubah raja Haemus dan ratu Rhodope menjadi pegunungan[38] di Balkan karena berani menyamakan diri dengan para dewa.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Burkert, hlm. 131.
  2. ^ Chadwick, The Mycenaean World (Cambridge University Press) 1976:87.
  3. ^ Namanya muncul bersama Zeus dan Hermes, pada Linear B di Pylos (John Chadwick, The Mycenaean World [Cambridge University Press] 1976:89).
  4. ^ Homeros, Iliad, buku 4: "Tiga kota yang paling aku sukai," ratu sapi di surga berkata, "adalah Argos, Sparta, dan Mikenai..."
  5. ^ P.C. Sestieri, Paestum, the City, the Prehistoric Acropolis in Contrada Gaudo, and the Heraion at the Mouth of the Sele (Roma 1960), hlm. 11: "Adalah aneh bahwa tak ada kuil Poseidon di kota yang dinamai dari namanya (Paestum awalnay disebut sebagai Poseidoneia). Mungkin ada satu di Sele, yaitu pemukiman yang menjadi cikal-bakal Paestum," saran Sarantis Symeonoglou (Symeonoglou, "The Doric Temples of Paestum" Journal of Aesthetic Education, 19.1, Special Issue: Paestum and Classical Culture: Past and Present [Spring 1985:49-66] hlm. 50.
  6. ^ Homeros, Iliad, 2.781-2.783
  7. ^ Iliad oleh Homeros - Project Gutenberg
  8. ^ Bachofen, Mutterrecht 1861, diterjemahkan sebagai Mother Right: An Investigation of the Religious and Juridical Character of Matriarchy in the Ancient World.
  9. ^ Slater 1968.
  10. ^ Steven Goldberg, The Inevitability of Patriarchy, (William Morrow & Company, 1973)
  11. ^ ; Joan Bamberger,'The Myth of Matriarchy: Why Men Rule in Primitive Society', dalam M Rosaldo and L Lamphere, Women, Culture, and Society, (Stanford, California: Stanford University Press, 1974), hlm. 263-280.
  12. ^ Donald E. Brown, Human Universals Diarsipkan 2010-11-14 di Wayback Machine. (Philadelphia: Temple University Press), 1991.
  13. ^ Steven Goldberg, Why Men Rule, (Chicago, Illinois: Open Court Publishing Company, 1993).
  14. ^ Cynthia Eller, The Myth of Matriarchal Prehistory: Why an Invented Past Won't Give Women a Future, (Boston: Beacon Press, 2001).
  15. ^ Jonathan Marks, 'Essay 8: Primate Behavior', dalam The Un-Textbook of Biological Anthropology, (Unpublished, 2007), hlm. 11.
  16. ^ Pausanias, 9.2.7- 9.3.3 Diarsipkan 2015-11-06 di Wayback Machine.; Pausanias menjelaskan ini dengan menceritakan mitos Daidala.
  17. ^ Farnell, I 194, citing Pausanias 8.22.2 Diarsipkan 2015-11-06 di Wayback Machine.' Pindaros merujuk pada "pujian untuk Hera Parthenia [sang Perawan]" Olympian ode 6.88 Diarsipkan 2015-11-06 di Wayback Machine.
  18. ^ S. Casson: "Hera of Kanathos and the Ludovisi Throne" The Journal of Hellenic Studies 40.2 (1920), hlm. 137-142, mengutip Stephanus of Byzantium sub Ernaion.
  19. ^ Pausanias, 2.38.2-3 Diarsipkan 2015-11-06 di Wayback Machine..
  20. ^ Seznec, Jean, The Survival of the Pagan Gods: Mythological Tradition in Renaissance Humanism and Art, 1953
  21. ^ Pausanias, 3.15. § 7
  22. ^ James Joseph Clauss, Sarah Iles Johnston. Medea: Essays on Medea in myth, literature, philosophy, and art, 1997. hlm.46
  23. ^ Henry George Liddell, Robert Scott. A Greek-English Lexicon
  24. ^ Heinrich Schliemann. Ilios: The city and country of the Trojans, 1881.
  25. ^ A. M. Harmon, "The Paintings of the Grotta Campana", American Journal of Archaeology 16.1 (Januari-Maret 1912):1-10)
  26. ^ Pauly-Wissowa, Realencyclopädie der Classischen Altertumswissenschaft, s.v. Hera: "Heraberühmte"
  27. ^ Hyginus, De Astonomia 2.43
  28. ^ Pseudo-Eratostenes, Catasterismi,44
  29. ^ Akhilles Tatios (atribusi) Pengenalan menuju Aratos.
  30. ^ Homeros, Iliad, Buku 5
  31. ^ Kerenyi, hlm. 131
  32. ^ Ovidius, Metamorphoses, 3.341-401.
  33. ^ Pseudo-Apollodoros, Bibliotheka 1.21
  34. ^ Hamilton, Edith (1969). "Mythology".
  35. ^ Ovidius, Metamorphoses 1.624 dan 2.531
  36. ^ Burung merak (bahasa Yunani: taos) bukanlah hewan asli Yunani atau Asia barat dan baru dikenal oleh bangsa Yunani pada masa Aleksander yang Agung.
  37. ^ Herodotos' Historia, Buku 1
  38. ^ Ovidius, Metamorphoses 6.87

Referensi

sunting
  • Burkert, Walter, Greek Religion 1985.
  • Burkert, Walter, The Orientalizing Revolution: Near Eastern Influence on Greek Culture in the Early Archaic Age, 1998
  • Farnell, Lewis Richard, The cults of the Greek states I: Zeus, Hera Athena Oxford, 1896.
  • Graves, Robert, The Greek Myths 1955. Use with caution.
  • Kerenyi, Carl, The Gods of the Greeks 1951 (paperback 1980)
  • Kerenyi, Karl, 1959. The Heroes of the Greeks khususnya Heracles.
  • Ruck, Carl A.P., dan Danny Staples, The World of Classical Myth 1994
  • Seyffert, Oskar. Dictionary of Classical Antiquities 1894. (Teks daring)
  • Seznec, Jean, The Survival of the Pagan Gods: Mythological Tradition in Renaissance Humanism and Art, 1953
  • Slater, Philip E. The Glory of Hera: Greek Mythology and the Greek Family (Boston: Beacon Press) 1968 (Princeton University 1992 ISBN 0-691-00222-3 )

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting