Kolera

penyakit menular pada saluran pencernaan

Penyakit kolera (juga disebut Asiatic cholera) adalah penyakit menular di saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae.[1] Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi oleh sanitasi yang tidak benar atau dengan memakan ikan yang tidak dimasak benar, terutama kerang. Gejalanya termasuk diare, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kematian biasanya disebabkan oleh dehidrasi. Jika dibiarkan tak terawat, maka penderita berisiko kematian tinggi. Perawatan dapat dilakukan dengan rehidrasi agresif "regimen", biasanya diberikan secara intravena secara berkelanjutan sampai diare berhenti.

Kolera
Scanning Electron Microscope image of Vibrio cholerae
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular, Kedokteran gawat darurat Sunting ini di Wikidata

Diagnosis

sunting

Ciri utama penyakit kolera adalah buang air besar encer berwarna putih seperti air tajin (cucian beras) dengan bau yang amis.

Pengobatan

sunting

Rehidrasi

sunting

Pengobatan utama dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang atau rehidrasi yang cukup hingga masa penyakit selesai (biasanya 1 hingga 5 hari tanpa pemberian antibiotik). [2] Rehidrasi dapat dilakukan cara infus intravena cairan (pada kasus yang parah) atau dengan rehidrasi oral dengan oralit (oral rehydration solution).[3][4]

Antibiotik

sunting

Antibiotik memiliki peran sekunder tetapi penting dengan mengurangi derajat penyakit dan durasi ekskresi penyakit.[5] Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan setelah gejala muntah-muntah mereda (atau setelah rehidrasi pertama dan pemulihan dari asidosis).[5] Pilihan pertama antibiotik yang digunakan di Indonesia adalah tetrasiklin dan pilihan keduanya adalah trimethoprim/sulfamethoxazole (bila V. cholerae pada pasien resisten terhadap tetrasiklin).[5]

Vaksin

sunting

Artikel utama: Vaksin kolera

Referensi

sunting
  1. ^ Parker, Sybil, P (1984). McGraw-Hill Dictionary of Biology. McGraw-Hill Company. 
  2. ^ Kaper JB, Morris Jr JG, Levine MM. 1995. Cholera. Clin. Microbiol. Rev. 8(1):48-86.
  3. ^ Swerdlow DL, Ries AA. 1992. Cholera in the Americas: guidelines for the clinician. JAMA 267:1495–1499
  4. ^ Morris Jr JG. 1994. Cholera and other vibrioses, hal:753–762. di dalam Hoeprich PD, Jordan MC, Ronald Ar (ed.), Infectious diseases: a treatise of infectious processes. Philadelphia: J. B. Lippincott Co.
  5. ^ a b c Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N, Komalarini, Santoso W, Simanjuntak CH, Punjabi N, Campbell JR, Alexander WK, Beecham III JH, Corwin AL, Oyofo BA. 2003. Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal patients in Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(6):666-670.

Pranala luar

sunting