Meteorit

batu meteor yang berhasil mencapai permukaan Bumi

Meteorit adalah sisa-sisa objek meteor, yang berasal dari meteoroid, komet, dan asteroid di luar angkasa, yang tidak habis terbakar dan berhasil mencapai permukaan Bumi. Objek-objek tersebut yang menjadi meteor ketika masuk ke atmosfer Bumi terkadang tidak terbakar sampai habis dan jatuh ke permukaan Bumi sebagai meteorit. Ketika objek-objek meteor berukuran cukup besar sehingga disebut "bolide" jatuh ke permukaan Bumi, kawah tumbukan yang berdiameter sebesar beberapa kilometer dapat terbentuk dan meteorit sisa tumbukan mungkin saja tersisa di dalam kawah itu.[1]

Meteorit Hoba di Namibia.

Di Indonesia, meteorit bisa ditemukan di Museum Geologi Bandung.

Fenomena

sunting

Kebanyakan meteoroid hancur ketika memasuki atmosfer bumi. Biasanya, lima sampai sepuluh tahun diamati jatuh dan kemudian pulih dan diberitahukan kepada para ilmuwan.[2] Hanya sedikit meteorit yang cukup besar untuk menciptakan kawah tumbukan besar. Sebaliknya, mereka biasanya tiba di permukaan dengan kecepatan terminalnya dan paling minimal menciptakan lubang kecil.

Meteorit di Indonesia

sunting
 
Serpihan Meteorite Kondrit Karbon CM1/2 Kolang, jatuh di Sumatera Utara tanggal 1 Agustus 2023

Meteorit telah lama menjadi bagian sejarah Indonesia yaitu dengan penggunaan Meteorit Besi sebagai salah satu bahan pamor keris yang paling digemari karena unggul secara teknis. Selain sifat teknisnya yang unggul, pamor meteorit juga dipilih karena alasan spiritual karena meteor jatuh dari langit, benda itu dianggap anugerah oleh para dewa menurut kepercayaan masa lalu dan sebagai simbol penyatuan antara Bapa Angkasa dengan Ibu Pertiwi.[3] Salah satu meteorit yang digunakan sebagai bahan pamor adalah Meteorit Prambanan atau dikenal juga sebagai "Kanjeng Kyai Pamor" yang jatuh di Prambanan, Jawa Tengah.

Secara keseluruhan, meteorit yang terdata pernah ditemukkan di Indonesia terbilang banyak dibanding negara lain di Asia Tenggara, yakni sebanyak 21 meteorit.[4]

Tabel 1: Meteorit yang tercatat di Indonesia[4]
Nama Tahun Jatuh Tahun Ditemukan Jenis Massa (kg) Tempat
Bandong 1871 - LL6 11.5 Jawa Barat, Indonesia
Banten 1933 - CM2 0.629 Banten, Indonesia
Botohilitano 2015 - LL5 5.8 Sumatera Utara, Indonesia
Cilimus 1979 L5 0.16 Jawa Barat, Indonesia
Djati-Pengilon 1884 H6 166 Jawa Timur, Indonesia
Glanggang 1939 0.1303 Jawa Barat, Indonesia
Jepara 2008 Pallasite, PMG 499.5 Jawa Tengah, Indonesia
Jumapalo 1984 L6 32.49 Jawa Timur, Indonesia
Kangean 1908 H5 0.1630 Jawa Timur, Indonesia
Kediri 1940 L4 3.3 Jawa Timur, Indonesia
Kolang 2020 CM1/2 2.55 Sumatera Utara, Indonesia
Madiun 1935 L6 8.2 Jawa Timur, Indonesia
Meester-Cornelis 1915 H5 24.75 Jakarta, Indonesia
Ngawi 1883 LL3.6 0.1393 Jawa Timur, Indonesia
Prambanan 1797 Iron, ungrouped 500 Jawa Tengah, Indonesia
Punggur 2021 H7-melt breccia 6.6 Lampung, Indonesia
Rembang 1919 Iron, IVA 10 Jawa Tengah, Indonesia
Selakopi 1939 H5 0.1590 Jawa Barat, Indonesia
Tambakwatu 1975 L6 10.5 Jawa Timur, Indonesia
Tjabe 1869 H6 20 Jawa Tengah, Indonesia
Tjerebon 1922 L5 16.5 Jawa Barat, Indonesia

Klasifikasi

sunting

Kebanyakan meteorit adalah meteorit berbatu, digolongkan sebagai kondrit dan akondrit. Hanya sekitar 6% meteorit yang merupakan meteorit besi atau campuran batuan dan logam, yaitu meteorit batu-besi.

Meteorit Batu

sunting
 
Meteorit Marilia, Kondrit H4, Jatuh di Marília, Brazil, tahun 1971
 
Meteorit El Menia, Kondrit L5, jatuh di Algeria, tahun 2023

Sekitar 93.1% meteorit merupakan kondrit[5], yang diberi nama berdasarkan partikel kecil dan bulat yang dikandungnya. Di tata surya, tahap awal pembentukan planet mungkin tersimpan pada meteorit paling primitif (kondrit), yaitu pecahan asteroid yang terhindar dari pencairan dan diferensiasi.[6] Bagian penyusun kondrit yang paling melimpah adalah kondrul, bola kaca berukuran milimeter yang terbentuk sebagai objek melayang bebas melalui peristiwa pemanasan sementara pada piringan protoplanet surya.[6]

Meteorit Besi-Batu

sunting
 
meteorit Esquel yang dipotong dan dipoles.Kristal olivin berwarna kuning-hijau dikelilingi oleh matriks besi-nikel.
 
Meteorit Sericho yang terpotong dan dipoles. Terlihat paduan besi-nikel dan olivin serta mineral Farrintonite yang berwarna lebih cerah

Meteorit Besi-batu atau dalam bahasa inggris disebut "Stony-Iron meteorite" adalah meteorit yang mengandung sejumlah besar material batuan (silikat) dan logam besi-nikel. Salah satu tipe Meteorit Besi-Batu, Pallasite, diduga terbentuk, setelah peleburan dan diferensiasi asteroid induknya, pada perbatasan antara inti logam besi-nikel dan lapisan mantel silikat di sekitarnya.[7] Diantara meteorit, Meteorit Besi-Batu adalah meteorit yang paling langka yaitu berjumlah 1% dari seluruh meteorit yang ditemukkan.[5]

Meteorit Besi

sunting
 
Meteorit Murnpeowie dengan regmaglif

Meteorit Besi merupakan jenis meteorit yang sebagian besar terdiri dari paduan besi-nikel yang dikenal sebagai besi meteorik yang biasanya terdiri dari dua fase mineral: kamacite dan taenite. Kebanyakan meteorit besi berasal dari inti planetesimal[8]. Besi yang ditemukan dalam meteorit besi adalah salah satu sumber besi paling awal yang dapat digunakan manusia,[9] sebelum perkembangan peleburan yang menandai dimulainya Zaman Besi. Di Indonesia, meteorit besi adalah bahan baku pamor keris yang disukai para pembuat keris masa lampau.

Referensi

sunting
  1. ^ "In Depth | Meteors & Meteorites". NASA Solar System Exploration. Diakses tanggal 2021-01-31. 
  2. ^ "1.7. Meteoritical Society — 40th annual meeting". COSPAR Information Bulletin. 1977 (78): 18. 1977-04. doi:10.1016/0045-8732(77)90008-0. ISSN 0045-8732. 
  3. ^ Priyanto, Priyanto (2013-01-31). "Keris Sebagai Salah Satu Kebudayaan Materi". Jurnal Vokasi Indonesia. 1 (1). doi:10.7454/jvi.v1i1.6. ISSN 2477-3433. 
  4. ^ a b The Meteoritical Society. "Meteoritical Bulletin Database". 
  5. ^ a b "Meteorite statistics | Some Meteorite Information | Washington University in St. Louis". sites.wustl.edu. Diakses tanggal 2024-04-19. 
  6. ^ a b Bollard, Jean; Connelly, James N.; Whitehouse, Martin J.; Pringle, Emily A.; Bonal, Lydie; Jørgensen, Jes K.; Nordlund, Åke; Moynier, Frédéric; Bizzarro, Martin (2017-08-04). "Early formation of planetary building blocks inferred from Pb isotopic ages of chondrules". Science Advances. 3 (8). doi:10.1126/sciadv.1700407. ISSN 2375-2548. 
  7. ^ "Stony iron meteorite | Meteoroid, Chondrite & Fusion | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-04-19. 
  8. ^ Weisberg, Michael K.; McCoy, Timothy J.; Krot, Alexander N. (2006-07-01). Systematics and Evaluation of Meteorite Classification. University of Arizona Press. hlm. 19–52. 
  9. ^ "Meteoritic Iron". www.tf.uni-kiel.de. 

Lihat pula

sunting