Lompat ke isi

Lampu halogen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sebuah lampu halogen beroperasi pada tempatnya dengan kaca pelindung dibuka
Sebuah lampu halogen di belakang tapis UV

Lampu halogen adalah sebuah lampu pijar di mana sebuah filamen wolfram disegel di dalam sampul transparan kompak yang diisi dengan gas lembam dan sedikit unsur halogen seperti iodin atau bromin. Putaran halogen menambah umur dari bola lampu dan mencegah penggelapan kaca sampul dengan mengangkat serbuk wolfram dari bola lampu bagian dalam kembali ke filamen.[1] Lampu halogen dapat mengoperasikan filamennya pada suhu yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa tanpa pengurangan umur. Lampu ini memberikan efisiensi yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa (10-30 lm/W), dan juga memancarkan cahaya dengan suhu warna yang lebih tinggi.[2]

Prinsip operasi

[sunting | sunting sumber]
Bola lampu halogen
Foto filamen lampu halogen setelah beberapa ratus jam digunakan

Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik reaksi kimia penguapan wolfram dari filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk wolfram biasanya ditimbun pada bola lampu. Putaran halogen menjaga bola lampu bersih dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur hidup. Pada suhu sedang, halogen bereaksi dengan wolfram yang menguap, halida wolfram(V) bromin yang terbentuk dibawa berputar oleh pengisi gas lembam. Pada suatu saat ini akan mencapai daerah bersuhu tinggi (filamen yang memijar), di mana ini akan berpisah, melepaskan wolfram dan membebaskan halogen untuk mengulangi proses.[3] Untuk membuat reaksi tersebut, suhu keseluruhan bola lampu harus lebih tinggi daripada lampu pijar biasa. Bola lampu harus dibuat dari kuarsa leburan atau gelas dengan titik lebur tingi seperti alumina. Karena gelas kuarsa sangat kuat, tekanan gas dapat ditingkatkan, sehingga mengurangi laju penguapan dari filamen, memungkinkan untuk beroperasi pada suhu yang lebih tinggi untuk umur yang sama, sehingga menambah efisiensi dan keluaran cahaya.[4] Wolfram yang diuapkan dari bagian filamen yang lebih panas tidak selalu dikembalikan pada tempatnya semula, jadi bagian tertentu dari filamen menjadi sangat tipis dan akhirnya gagal. Regenerasi juga mungkin dilakukan dengan fluorin, tetapi reaksi kimianya terlalu kuat sehingga bagian lain dari bola lampu ikut direaksikan.[5][6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Zubler and Mosby Illuminating Engineering 1959 54.734
  2. ^ T'Jampens and van der Weijer Philips Technical Review 1966 27.173
  3. ^ Museum Teknologi Lampu Elektrik
  4. ^ http://home.frognet/~ejcov/newhalogen.html[pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Burgin and Edwards Lighting Research and Technology 1970 2.2. 95-108
  6. ^ Schroder Philips Technical Review 1965 26.116

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]