Keheteroseksualan ([kĕ.hé.té.ro.sék.sua.lan]; bahasa Inggeris: heterosexuality - Mal.: heteroseksualiti, Ind.: heteroseksualitas) merupakan ketertarikan romantis atau seksual yakni rahi mahupun kebiasaan melakukan hubungan seks sesama orang-orang yang berbeza jenis kelamin atau gender dalam pengertian pasangan gender. Sebagai sebuah orientasi seksual, ketertarikan ini merujuk pada "suatu pola atau watak tetap untuk mengalami ketertarikan seksual, kasih sayang fizikal, atau romantis terhadap orang-orang yang berbeza jenis kelamin"; istilah ini juga merujuk pada "suatu pengenalan diri seseorang berdasarkan ketertarikan-ketertarikan di atas, kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan, serta keanggotaannya dalam sebuah masyarakat yang memiliki ketertarikan sama sepertinya".[1][2] Istilah ini biasanya diaplikasikan pada manusia, tetapi keadaan ini juga diamati pada semua spesies jenis mamalia.

Kecenderungan ini (heteroseksual) jatuh ke dalam salah satu klasifikasi kecenderungan seksual utama bersama dengan keseksualan sejenis (homosexuality), kedwiseksan (bisexuality) atau keaseksan (asexuality).

Peristilahan

sunting

Etimologi

sunting

Kedua-dua perkataan "heteroseksualiti" dan "heteroseksualitas" dicipta hasil gabungan hetero- akar bahasa Yunani έτερος [héteros] iaitu "kelompok lain" atau "yang lain"[3] lalu digunakan dalam konteks saintifik sebagai awalan yang berarti "berbeda";[4] serta diakhiri oleh kata bahasa Latin -sexualitas (yang merupakan karakteristik seksual atau Perbedaan seksual). Istilah asal yang mengungkapkan konsep ini iaitu "heterosexual" dalam bahasa Inggeris pertama kali muncul pada tahun 1882 dalam terjemahan karya Richard von Krafft-Ebing berjudul Psychopathia Sexualis dilakukan C.G. Chaddock.

Pengungkapan sedemikian mula digunakan semenjak awal 1920an, tetapi tidak umum sebelum tahun 1960an. Kata benda abstrak "heterosexuality" pertama kali tercatat pada tahun 1900.[5] Kata "heteroseksual" pertama kali dimasukkan dalam New International Dictionary milik Merriam-Webster sebagai istilah perubatan dengan pengertian "keinginan seksual tidak wajar terhadap orang yang berbeza jenis kelamin"; tetapi pada tahun 1934 dalam Edisi Kedua yang Lebih lengkap, kata tersebut didefinisikan sebagai "manifestasi hasrat seksual untuk orang yang berjenis kelamin berbeda; keseksualan normal". (p. 92, Katz) Kata sifat heteroseksual digunakan untuk hubungan yang intim atau hubungan seksual antara lelaki dan wanita.

Penggunaan istilah heteroseksual sekarang ini berakar pada tradisi taksonomi personalitas abad ke-19 yang lebih luas. Istilah ini mempengaruhi perkembangan konsep modern mengenai orientasi seksual serta dapat digunakan untuk menggambarkan orientasi seksual, sejarah seksual, dan identifikasi pribadi seseorang. Beberapa orang menolak istilah "heteroseksual" sebagai kata yang hanya merujuk pada kebiasaan seksual seseorang serta tidak merujuk perasaan romantika non-seksual. Istilah heteroseksual diduga mulai menjadi suatu neologisme setelahnya, dan berlawanan dengan kata "homoseksual" oleh Karl Maria Kertbeny pada tahun 1868. Dalam slang LGBT, istilah "pengembang biak" digunakan sebagai suatu julukan untuk menghina kaum heteroseksual. Hiponim dari heteroseksual antara lain adalah heteroflexible.[6][7]

Kata ini dapat secara tidak formal[8] dipendekkan menjadi "hetero"[9] digunakan dalam percakapan sehari-hari sejak tahun 1933.

Pengungkapan lazim tidak formal

sunting
Dalam alam Bahasa Inggeris -

Istilah straight merupakan slang gay yang berasal dari pertengahan abad ke-20 untuk menyebur kaum heteroseksual, berasal dari ungkapan "to go straight" ("berhenti melanggar hukum dan mulai hidup tertib"[10]), atau berhenti melakukan hubungan homoseksual. Salah satu contoh penggunaan paling awal dari slang ini digunakan oleh G. W. Henry pada tahun 1941[11] Buku karya Henry tersebut menekankan pada percakapan dengan pria homoseksual dan istilah ini digunakan untuk menyebut mantan gay. Sekarang ini, istilah straight biasa digunakan untuk menyebut "heteroseksual", yang sebagaimana banyak kata lainnya, mengalami perubahan arti utamanya oleh waktu. Alasan lain menggunakan istilah "straight" adalah adanya implikasi bahwa kaum non-hetero adalah "bengkok".[12]

Dalam alam Nusantara

Sejarah dan demografi

sunting

Demografi orientasi seksual sulit untuk ditetapkan karena kurangnya data yang tersedia. Meskipun demikian, sejarah keseksualan manusia menunjukkan bahwa sikap-sikap dan kebiasaan cukup bervariasi pada berbagai kebudayaan.

Kajian akademik

sunting

Biologikal

sunting

Teori hormonal sebelum kelahiran

sunting

Proses maskulinisasi otak secara neurobilogi telah cukup dimengerti. Estradiol dan testosteron, yang dikatalisa oleh enzim 5α-reduktase menjadi dihidrotestosteron, berikatan dengan reseptor androgen di otak untuk membuatnya maskulin. Jika reseptor androgen terlalu sedikit (pada manusia yang mengidap sindrom androgen tidak sensitif) atau terlalu banyak (wanita dengan congenital adrenal hyperplasia), akan timbul efek secara fisik dan psikologi.[13] Telah diduga bahwa keheteroseksualan pria dan wanita merupakan hasil dari variasi proses tersebut.[14] Menurut penelitian ini, keheteroseksualan pada wanita berkaitan dengan rendahnya proses maskulinisasi pada otaknya dibandingkan dengan yang ditemukan pada wanita lesbian. Namun, pada pria heteroseksual, terdapat sejumlah penelitian yang mendukung bahwa proses maskulinisasinya lebih tinggi dibandingkan pria homoseksual, tetapi beberapa penelitian yang lain justru membuktikan sebaliknya.

Seleksi alam

sunting

Banyak kebiasaan manusia yang dianggap akhirnya dapat dijelaskan dalam konteks seleksi alam. Dari sudut pandang ini, variasi fenotip antara hasrat heteroseksual dan homoseksual dalam setiap individu telah berkembang pada manusia, sebagaimana juga terjadi pada beberapa spesies lain. Hal ini merupakan wujud nyata adaptasi yang lebih baik, sebab tidak ada dokumentasi mengenai populasi manusia yang seluruhnya adalah heteroseksual.

Kebiasaan heteroseksual pada haiwan

sunting

Sebagian besar proses reproduksi di dunia binatang difasilitasi melalui hubungan heteroseksual, meskipun ada juga binatang yang bereproduksi secara aseksual, seperti protozoa dan haiwan tak bertulang belakang berderajat rendah.[15]

Reproduksi secara seksual sebenarnya tidak membutuhkan suatu orientasi yang heteroseksual, sebab orientasi seksual merujuk pada pola tetap berjangka panjang terhadap ketertarikan seksual dan emosional yang membimbing pada suatu ikatan sosial yang biasanya juga berjangka panjang. Sementara itu, reproduksi seksual hanya membutuhkan tindakan dasar hubungan kelamin yang seringkali dilakukan hanya sekali setiap waktunya.

Psikologi

sunting

Penelitian terhadap kebiasaan

sunting

Pada permulaan abad ke-20 M, diskusi teoretis mula-mula terhadap bidang psikoanalisis menempatkan biseksualitas dalam perkembangan psikologi manusia. Penelitian kuantitatif oleh Alfred Kinsey pada tahun 1940an dan kisi-kisi orientasi seksual Dr. Fritz Klein pada tahun 1980an menemukan distribusi yang serupa dengan dalil yang dikemukakan para pendahulu mereka.

Berdasarkan tulisan Alfred Kinsey yang berjudul Sexual Behavior in the Human Male serta beberapa penelitian modern lainnya, mayoritas manusia memiliki pengalaman atau sensasi heteroseksual maupun homoseksual sehingga mereka dikategorikan sebagai biseksual. Penelitian Kinsey secara konsisten menemukan bahwa orientasi seksual merupakan sesuatu yang berkembang ke banyak segi di sepanjang kehidupan seseorang; jarang, tetapi tidak wajib terjadi, termasuk membentuk ketertarikan pada jenis kelamin yang baru. Jarang individu yang secara radikal mengorientasi ulang keseksualan mereka secara cepat -dan lebih sedikit lagi yang melakukannya atas kemauan mereka sendiri-tetapi seringkali seksualitas berkembang, berubah, dan menyerap elemen-elemen baru selama puluhan tahun. Misalnya, norma umum "usia yang pantas" untuk seksualitas membutuhkan suatu objek ketertarikan yang berubah (terutama pada masa menuju kedewasaan). Teori queer kontemporer, yang menggabungkan berbagai ide dari konstruksionisme sosial, cenderung melihat seksualitas sebagai sesuatu yang hanya memiliki arti dalam susunan sejarah yang diberikan. Maka seksualitas dipandang sebagai suatu partisipasi dalam sebuah jalur sosial yang lebih besar dan, meskipun terkesan berubah-ubah jika dipandang dari beberapa sisi, bukanlah sebagai sesuatu yang ditentukan oleh masing-masing individu secara ketat.

Penelitian-penelitian lain menyangsikan metodologi Kinsey. "Perhitungannya dinilai rancu setelah diketahui bahwa ia mewawancarai para homoseksual dan tahanan (banyak yang merupakan pelaku kejahatan seksual) secara tidak seimbang."[16][17]

Para seksologis mengaitkan ketidaksesuaian beberapa penemuan terhadap sikap negatif masyarakat pada suatu orientasi seksual tertentu. Misalnya, orang-orang dapat berkata berbeza mengenai orientasi seksual mereka, tergantung pada lingkungan sekitarnya saat itu, apakah terbuka atau pribadi. Keengganan untuk menyingkap orientasi seksual seseorang yang sebenarnya seringkali disebut "berada di dalam lemari". Individu-individu yang mampu menikmati relasi seksual dengan kedua atau satu jenis kelamin dapat memiliki kecenderungan untuk membatasi diri mereka sendiri pada hubungan heteroseksual atau homoseksual dalam masyarakat yang memberi stigma pada hubungan sesama jenis ada beza jenis.

Kodrat dan pola asuhan

sunting

Perdebatan skala besar mengenai "sifat alami dan pola asuhan" muncul pada topik mengenai apakah faktor biologi atau psikologi yang lebih mendominasi terbentuknya orientasi seksual pada manusia. Faktor-faktor yang menjadi kandidat antara lain adalah genetika, kadar hormonal yang diterima janin, dan faktor-faktor lingkungan.

APA baru-baru ini secara resmi memberikan pernyataan bahwa "beberapa orang percaya bahwa orientasi seksual merupakan pembawan sejak lahir dan tidak berubah; tetapi orientasi seksual berkembang sepanjang masa kehidupan seseorang",[18] kebalikan dari sebelumnya, saat seksualitas yang tidak umum dianggap sebagai suatu bentuk penyimpangan atau penyakit mental yang dapat disembuhkan melalui suatu institusionalisasi atau cara lain.

Kritik atas penelitian

sunting

Berbagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui asal-muasal orientasi seksual dikritik memiliki lingkup terlalu sempit, kebanyakan hanya berfokus pada heteroseksualitas dan homoseksualitas sebagai dua kutub berlawanan tanpa adanya penjelasan di antara keduanya. Juga dinyatakan bahwa penelitian-penelitian ilmiah terlalu fokus untuk mencari penjelasan mengenai orientasi seksual secara biologis, dan tidak cukup untuk efek-efek kombinasi biologi dan psikologi.

Sebuah ringkasan yang diberikan oleh Council for Responsible Genetics menegaskan bahwa orientasi seksual tidaklah tetap, dan pada suatu ceramah mengenai orientasi seksual: "Yang jelas hilang dari perdebatan ini adalah gagasan yang diperjuangkan oleh Kinsey, bahwa ekspresi seksualitas manusia bervariasi antara yang satu dengan yang lain, sebagaimana ciri-ciri kompleks lainnya. Tetapi sebagaimana kecerdasan, seksualitas merupakan suatu ciri kompleks umat manusia yang berusaha dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern secara genetik... Daripada memutuskan bahwa hal tersebut merupakan hasil dari proses-proses biologis murni, suatu sifat tumbuh dari proses-proses perkembangan yang memasukkan elemen-elemen biologis dan sosial. Menurut American Psychological Association (APA), terdapat banyak teori mengenai asal-usul orientasi seksual seseorang, tetapi beberapa percaya bahwa "orientasi seksual sangat mungkin merupakan hasil dari suatu interaksi kompleks faktor-faktor lingkungan, kognitif, dan biologis," dan bahwa faktor-faktor genetika memainkan "peran yang signifikan" dalam menentukan sesualitas seseorang.

Sosial dan sejarah

sunting

Semenjak tahun 1960an dan 1970an, sejumlah besar penelitian telah memberikan bukti dan analisis secara meluas sehingga heteroseksualitas dan homoseksualitas dapat ditata secara sosial dan mengalami perubahan sejarah.[19] Penelitian-penelitian tersebut melawan asumsi bahwa heteroseksualitas, homoseksualitas, dan berbagai variasi seksualitas lainnya hanya merupakan fenomena biologis dan psikologis.

Suatu pasangan heteroseksual, seorang pria dan seorang wanita dalam suatu hubungan yang intim, akan membentuk sebuah keluarga inti.[20] Berbagai masyarakat sepanjang sejarah bersikeras bahwa suatu perkawinan dilangsungkan sebelum pasangan tersebut berkeluarga, tetapi pelaksanaan aturan ini sangatlah bervariasi. Pada beberapa aturan, jika suatu pasangan pria dan wanita yang belum menikah telah tinggal bersama cukup lama, mereka dianggap telah melangsungkan pernikahan adat.

Tindak balas masyarakat berkait

sunting

Heteroseksisme adalah suatu bentuk bias atau diskriminasi terhadap seksualitas dan hubungan dua jenis kelamin yang berbeza. Dengan asumsi bahwa semua orang adalah heteroseksual dan terlibat dalam berbagai tingkatan diskriminasi terhadap gay, lesbian, biseksual, heterofleksible, atau transgender.

Heteronormativitas

sunting

Heteronormativitas menunjukkan atau berhubungan dengan suatu pandangan dunia yang mempromosikan heteroseksualitas sebagai orientasi seksual yang normal atau yang lebih dipilih oleh orang-orang. Hal ini kemungkinan akan menetapkan secara tegas peran gender pada pria dan wanita. Istilah ini dipopulerkan oleh Michael Warner pada tahun 1991.[21]

Sekutu heteroseksual

sunting

Seorang sekutu heteroseksual adalah seseorang yang heteroseksual, tetapi mendukung persamaan hak sipil bagi lesbian dan gay. Sekutu heteroseksual juga ikut mendukung gerakan sosial LGBT.[22]

Aspek religius

sunting

Tradisi Yahudi-Kristen memiliki beberapa tulisan yang berhubungan dengan heteroseksualitas. Dalam Kitab Kejadian 2:24 terdapat suatu perintah yang menyebutkan "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Kejadian 2:24 Dalam 1 Korintus, umat Kristen dianjurkan:

Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.[23]

Kebanyakan tradisi religius di dunia mensyaratkan pernikahan sebagai persatuan heteroseksual, tetapi terdapat beberapa pengecualian seperti pada tradisi-tradisi agama Buddha dan Hindu, Unitarian Universalisme, Gereja Komunitas Metropolitan dan beberapa keuskupan Anglikan, serta beberapa konggregasi kaum Quaker, United Church of Canada, dan Yahudi Pembaruan.[24][25]

Hampir semua agama percaya bahwa hubungan seksual antara pria dan wanita adalah sah, tetapi ada beberapa yang percaya bahwa hal tersebut merupakan dosa, misalnya kaum Shaker, Harmony Society, dan Ephrata Cloister. Agama-agama ini cenderung memandang segala jenis hubungan seksual sebagai dosa sehingga mereka mempromosikan kehidupan selibat. Beberapa agama membutuhkan kehidupan selibat untuk beberapa peran, seperti para pendeta Katolik; tetapi Gereja Katolik tetap memandang pernikahan heteroseksual sebagai sakramen suci serta dibutuhkan.[26]

Simbolisme

sunting

Simbolisme heteroseksual dapat ditelusuri hingga ke artifak paling awal umat manusia, pada pahatan ritual kesuburan dan kesenian primitif. Hal tersebut kemudian diekspresikan dalam simbolisme ritual kesuburan dan pemujaan politeisme, yang seringkali memasukkan gambar alat kelamin manusia. Simbol modern keheteroseksualitasan dalam masyarakat diperoleh dari tradisi Eropa yang masih menggunakan referensinya pada kepercayaan kuno. Salah satu lambanganya adalah kombinasi simbol Mars, dewa perang Romawi, sebagai lambang jantan untuk maskulinitas, dan Venus, dewi cinta dan kecantikan Roma, sebagai lambang betina untuk femininitas. Karakter unicode untuk kombinasi simbol tersebut adalah ⚤ (U+26A4).

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "What is sexual orientation?". APAHelpCenter.org. Dicapai pada 2011-03-31.
  2. ^ "APA California Amicus Brief" (PDF). Courtinfo.ca.gov. Dicapai pada 2013-10-11.
  3. ^ p.345, Klein
  4. ^ "hetero." The American Heritage® Science Dictionary. Houghton Mifflin Company. 12 May. 2012. <Dictionary.com http://dictionary.reference.com/browse/hetero>.
  5. ^ p.22, Mills
  6. ^ Porn.com: Making Sense of Online Pornography - Page 229, Feona Attwood - 2010
  7. ^ Patience: A Gay Man's Virtue - Page 80, La Lumiere - 2012
  8. ^ "hetero." Dictionary.com Unabridged. Random House, Inc. 12 May. 2012. Dictionary.com.
  9. ^ "hetero". Merriam-Webster. Dicapai pada 2013-10-11.
  10. ^ go straight
  11. ^ Henry, G. W. (1941). Sex Variants: A Study of Homosexual Patterns. New York: Paul B. Hoeber
  12. ^ Encyclopedia Of School Psychology - Page 298, T. Steuart Watson, Christopher H. Skinner - 2004
  13. ^ Vilain, E. (2000). Genetics of Sexual Development. Annual Review of Sex Research, 11:1–25
  14. ^ Wilson, G. and Rahman, Q., (2005). Born Gay. Chapter 5. London: Peter Owen Publishers
  15. ^ The Columbia Encyclopedia (Colum. Univ. Press, 5th ed. [casebound?] 1993 (ISBN 0-395-62438-X)), entry Reproduction.
  16. ^ Tom Bethell (April 2005). "Kinsey as Pervert". American Spectator, 38, 42–44. ISSN 0148-8414.
  17. ^ Julia A. Ericksen (May 1998). "With enough cases, why do you need statistics? Revisiting Kinsey's methodology". The Journal of Sex Research 35 (2): 132-40, ISSN 0022-4499.
  18. ^ American Psychiatric Association (May 2000). "Gay, Lesbian and Bisexual Issues". Association of Gay and Lesbian Psychiatrics. Diarkibkan daripada yang asal pada 2009-01-03. Dicapai pada 2019-10-24.
  19. ^ "Social-Historical Construction of Sexuality: Bibliography". Diarkibkan daripada yang asal pada 2012-03-27. Dicapai pada 2019-10-24.
  20. ^ "... inti dari sebuah keluarga adalah sebuah pasangan heteroseksual yang memiliki anak yang mereka besarkan hingga dewasa - disebut keluarga inti." Encyclopedia of family health
  21. ^ Warner, Michael (1991), "Introduction: Fear of a Queer Planet". Social Text; 9 (4 [29]): 3–17
  22. ^ Emerging Issues in the 21st Century World-system: Volume 2 - Page 40, Wilma A. Dunaway - 2003
  23. ^ "1 Korintus 7". Alkitab Sabda. Dicapai pada 6 Mei 2014.
  24. ^ "World Religions and Same Sex Marriage", Marriage Law Project, Sekolah Hukum Columbus at The Catholic University of America, Washington, DC, July 2002 revision [1][pautan mati]PDF (84.1 KB)
  25. ^ "Affirming Congregations and Ministries of the United Church of Canada". Diarkibkan daripada yang asal pada 2012-02-24. Dicapai pada 2019-10-24.
  26. ^ "salinan arkib". Diarkibkan daripada yang asal pada 2007-02-17. Dicapai pada 2019-10-24.

Sumber utama

sunting

Bacaan lanjut

sunting

Pautan luar

sunting