Lompat ke isi

Adenomiois

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Adenomyosis
Uterus para pengidap Adenomyosis ketika proses laparoskopi yang mengalami pelunakan dan pembengkakan serta titik kebiruan muncul dikarenakan endometriosis subserous.
Informasi umum
SpesialisasiGinekologi
Prevalensi20 hingga 35%.[1]

Adenomiosis (bahasa Inggris: Adenomyosis) merupakan salah satu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan sel didalam rahim (endometrium) yang berlebihan. Biasanya, pertumbuhan sel tersebut terjadi di area dinding uterim (miometrium).[2] Area ini kemudian mengalami pembengkakan serta penebalan dinding rahim. Jaringan endometrium yang terjangkit oleh penyakit ini biasanya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya pada setiap siklus menstruasi (dapat menebal, luruh dan berdarah) pada setiap siklus menstruasi.

Kondisi ini biasanya ditemukan di wanita pada usia antara 35 hingga 50 tahun dan pada beberapa kasus pada wanita berusia lebih muda.[3] Wanita yang terjangkit dengan adenomiosis seringkali mengalami mens yang cukup menyakitkan (dikenal sebagai dismenorea), haid yang keluar secara berlebihan (dikenal sebagai menoragia), atau bahkan bisa keduanya. Gejala lain yang timbul dari penyakit ini juga dapat berupa rasa sakit saat hubungan seksual, nyeri pelvis hebat, dan iritasi saluran urin.

Pada penderita Adenomiois, cekungan endometrium menembus lapisan serat hiperplastik miometrial. Tidak seperti lapisan yang sehat pada umumnya, lapisan cekungan tidak mengalami siklus menstruasi.[4][5] Penyakit Adenomiosis dapat berpengaruh pada kinerja rahim secara keseluruhan yang berakibat pada adenomioma, yakni pertambahan masa rahim serta pembekakan dinding rahim.[6]

Adenomiosis bisa juga ditemukan bersamaan dengan endometriosis, yakni sebuah penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembengkakan jaringan mirip endometrial di luar dinding rahim. Pada endometriosis, jaringan yang diserang kurang lebih serupa—tapi tidak benar-benar sama—dengan struktur jaringan yang ada di endometrium. Seringkali dalam beberapa kasus, kedua penyakit ditemukan dalam rentang waktu kemunculan yang berbeda.[7][4] Sebelum dianggap menjadi penyakit tersendiri, adenomiosis dikenal dengan nama endometriosis interna (bahasa Indonesia: endometriosis [pada] bagian dalam [rahim]. Selain itu, terdapat istilah lain yang kurang sering dipakai, yakni adenomyometritis. Nama ini merupakan yang lebih spesifik untuk kondisi medis ini dengan menyebutkan rahim sebagai area yang dijangkiti oleh kondisi medis tersebut.[8][9]

Tanda dan gejala

[sunting | sunting sumber]

Adenomiosis bisa saja sangat bervariasi dalam hal jenis dan tingkat keparahan gejala yang ditimbulkannya, mulai dari yang sama sekali tidak bergejala di hampir 33% dari rentang waktu tertentu, hingga menjadi kondisi yang parah dan melemahkan kondisi pengidap dalam beberapa kasus. Wanita dengan adenomiosis biasanya pertama kali melaporkan gejala saat berusia antara 40 dan 50 tahun, tetapi gejala dapat terjadi pada wanita yang lebih muda.[3][6] Gejala yang ditimbulkan dan estimasi persentase kejadian dapat digolongkan sebagai berikut:[6]

  • Perdarahan menstruasi berat yang berkisar antara 40–60% dan lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki adenomiosis yang lebih dalam. Pendarahan ini dapat menyebabkan kekurangan darah secara signifikan yang berujung pada anemia serta gejalanya yang ditimbulkannya, yakni pingsan, pusing, dan kehilangan selera dan emosi.
  • Pendarahan rahim abnormal
  • Nyeri hebat di bagian pelvis sebesar 77%
  • Keram menstruasi disertai dengan rasa sakit sebesar 15–30%
  • Nyeri pada dinding vagina saat bersentuhan satu sama lain dan juga saat melakukan hubungan seksual yang cukup jarang terjadi, yakni hanya 7%
  • Rasa seperti tertekan pada saluran rahim
  • Sensasi seperti dinding rahim dan saluran rahim ditarik kebawah

Hal-hal berikut juga dapat menjadi tanda-tanda kondisi adenomiosis secara klinis:

Wanita yang mengidap adenomiosis juga lebih sering untuk mengalami kondisi berikut pada saluran rahim mereka:

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Gunther, Rutger; Walker, Christopher Walker (2020). "Adenomyosis". Statpearls. PMID 30969690. 
  2. ^ R, Gunther; C, Walker (2020). "Adenomyosis". StatPearls [Internet] (dalam bahasa Inggris). PMID 30969690. 
  3. ^ a b Brosens I, Gordts S, Habiba M, Benagiano G (December 2015). "Uterine Cystic Adenomyosis: A Disease of Younger Women". J Pediatr Adolesc Gynecol. 28 (6): 420–6. doi:10.1016/j.jpag.2014.05.008. PMID 26049940. 
  4. ^ a b Katz VL (2007). Comprehensive gynecology (edisi ke-5th). Philadelphia PA: Mosby Elsevier. 
  5. ^ Leyendecker, G.; Herbertz, M.; Kunz, G.; Mall, G. (2002). "Endometriosis results from the dislocation of basal endometrium". Hum. Reprod. 17 (10): 2725–2736. doi:10.1093/humrep/17.10.2725alt=Dapat diakses gratis. PMID 12351554. 
  6. ^ a b c Struble, Jennifer; Reid, Shannon; Bedaiwy, Mohamed A. (2016). "Adenomyosis: A Clinical Review of a Challenging Gynecologic Condition". Journal of Minimally Invasive Gynecology. 23 (2): 164–185. doi:10.1016/j.jmig.2015.09.018. PMID 26427702. 
  7. ^ Lazzeri L, Di Giovanni A, Exacoustos C, Tosti C, Pinzauti S, Malzoni M, Petraglia F, Zupi E (August 2014). "Preoperative and Postoperative Clinical and Transvaginal Ultrasound Findings of Adenomyosis in Patients With Deep Infiltrating Endometriosis". Reprod Sci. 21 (8): 1027–1033. doi:10.1177/1933719114522520. PMID 24532217. 
  8. ^ "adenomyometritis" di Kamus Medis Dorland
  9. ^ Matalliotakis, I.; Kourtis, A.; Panidis, D. (2003). "Adenomyosis". Obstetrics and Gynecology Clinics of North America. 30 (1): 63–82, viii. doi:10.1016/S0889-8545(02)00053-0. PMID 12699258. 
  10. ^ Juang, C-M; Chou, P; Yen, M-S; Twu, N-F; Horng, H-C; Hsu, W-L (2007-02-01). "Adenomyosis and risk of preterm delivery". BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology (dalam bahasa Inggris). 114 (2): 165–169. doi:10.1111/j.1471-0528.2006.01186.x. ISSN 1471-0528. PMID 17169011. 
  11. ^ Maheshwari, A.; Gurunath, S.; Fatima, F.; Bhattacharya, S. (2012). "Adenomyosis and subfertility: A systematic review of prevalence, diagnosis, treatment and fertility outcomes". Human Reproduction Update. 18 (4): 374–392. doi:10.1093/humupd/dms006alt=Dapat diakses gratis. PMID 22442261.