Lompat ke isi

Petrofisika

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Petrofisika adalah salah satu cabang geofisika yang mempelajari tentang sifat fisik dari suatu batuan reservoir. Beberapa sifat fisik tersebut yaitu porositas (primer dan sekunder), permeabilitas (absolut dan relatif), tingkat kejenuhan air, dan resistivitas batuan. Mempelajari karakteristik fisik suatu batuan reservoir sangat penting di industri minyak bumi dan industri gas. Jenis batuan ini layak sebagai lokasi pengeboran ataupun perforasi. Petrofisika juga menjadi studi bagi jurusan teknik perminyakan. Sifat-sifat batuan yang dikaji dalam petrofisika dapat digunakan untuk menentukan cadangan minyak di batuan reservoir.

Lingkup keilmuan

[sunting | sunting sumber]

Dalam industri gas dan industri minyak bumi, petrofisika diartikan sebagai karakterisasi dan interaksi dari sifat-sifat batuan dan fluidanya. Petrofisika membahas mengenai batuan reservoir dan batuan non-reservoir. Sifat-sifat yang diperlukan dalam industri gas dan industri minyak terkait petrofisika meliputi porositas, kenejuhan air dan permeabilitas. Porositas merupakan sifat jaringan ruang pori yang saling berhubungan. Kejenuhan air berkaitan dengan distribusi minyak, air dan gas dalam ruang pori. Sedangkan permeabilitas berkaitan dengan potensi fluida mengalir melalui jaringan.[1]

Batuan reservoir

[sunting | sunting sumber]

Batuan reservoir adalah batuan yang menyimpan minyak bumi. Jenis batuan reservoir terbagi menjadi dua, yaitu batuan pasir yang terbuka dan batuan kapur yang berpori. Penyimpanan minyak di dalam batuan reservoir disebabkan oleh tekanan tinggi dari batuan induk berupa batuan sedimen. Tekanan tinggi membuat minyak bumi dan gas yang terbentuk dalam batuan induk serta air laut berpindah ke batuan pasir yang berpori atau ke retakan-retakan batuan kapur. Minyak bumi, gas dan air laut ini kemudian akan tertahan di kedua jenis batuan reservoir ini. Penyebabnya adalah adanya struktur batuan yang tidak tertembus pada kedua jenis batuan ini. Kondisi penyimpanan minyak bumi, gas dan air laut hanya dapat terjadi pada batuan reservoir dengan bagian tertutup berada di bagian puncak. Sedangkan bagian sisinya harus dikelilingi oleh batuan yang rapat. Penyebabnya adalah pergerakan minyak bumi, gas dan air laut yang mengarah ke atas.[2]

Salah satu contoh batuan reservoir yaitu batu bara. Penentuan batu bara sebagai batuan reservoir ditentukan oleh faktor-faktor geologis yang meliputi stratigrafi, sedimentologi, geologi struktur, hidrologi, geokimia dan petrologi. Alasannya adalah batu bara dapat menjadi batuan reservoir maupun batuan induk.[3]

Parameter

[sunting | sunting sumber]

Suseptibilitas magnetik

[sunting | sunting sumber]

Suseptibilitas magnetik merupakan paramater petrofisika yang mampu mempengaruhi pembentukan medan magnet. Penetapannya karena perbedaan suseptibilitas magnetik pada masing-masing jenis mineral pembentuk batuan, khususnya magnetit. Suseptibilitas magnetit lebih tinggi dibandingkan jenis mineral pembentuk batuan lainnya.[4]

Permeabilitas

[sunting | sunting sumber]

Permeabilitas sebagai salah satu parameter petrofisika yang diartikan sebagai kemampuan batuan dalam melewatkan aliran fluida. Umumnya, permeabilitas dinyatakan dengan satuan Darcy. Turunan secara empiris dari Hukum Darcy digunakan untuk menentukan aliran fluida dalam media berpori.[5]

Analisis, penafsiran dan evaluasi

[sunting | sunting sumber]

Analisis petrofisika menggunakan metode-metode yang dapat memberikan penafsiran atas sifat-sifat batuan reservoir. Secara umum, analisis petrofisika bertujuan untuk mengevaluasi batuan reservoir dari segi volume dan kandungan hidrokarbon.[6] Penafsiran atas petrofisika menjadi dasar dari sebagian besar pekerjaan di bawah permukaan tanah. Pekerjaan ini dilakukan oleh ahli geologi, ahli geofisika, insinyur reservoir dan pengebor. Sampel fisik, listrik, kimia, nuklir dan pengukuran magnetik diperlukan untuk mengkarakterisasi sifat-sifat petrofisika di bawah permukaan melalui bagian atas permukaan. Metode yang digunakan adalah logging, coring, pengeboran dan alat wireline berbentuk sonde.[1]

Penafisran bagian tertentu dari alur kerja petrofisika dilakukan dengan evaluasi formasi dan analisis log. Sementara sifat seismik dari batuan reservoir dianalisis menggunakan ilmu fisika batuan dalam skala yang besar.[1] Analisis, evaluasi dan penafsiran data petrofisika memerlukan pemahaman tentang banyak keilmuan. Ilmu-ilmu ini meliputi geologi, kimia, fisika, elektronika, mekanika, dan teknologi pengeboran. Analisis paling sederhana dari petrofisika adalah menentukan porositas dan saturasi air reservoir di lokasi pengeboran. Setelahnya dilakukan perkiraan atas permeabilitas batuan dan pergerakan cairan. Litologi batuan yang dievaluasi menentukan hasil penafsiran. Adanya acuan ini disebabkan oleh karakteristik batuan yang mengandung hidrokarbon sangat berbeda satu sama lain. Batuan ini utamanya meliputi batu pasir, gamping, dan batu serpih.[1]

Metode-metode

[sunting | sunting sumber]

Logging diartikan sebagai pengukuran pada parameter geofisika pada lubang bor. Hasil pengukurannya disebut geophysical well log. Faktor yang mewakilinya adalah faktor kedalaman pengeboran. Logging hanya mewakili karakter formasi di bawah permukaan tanah dengan pengukuran parameter-parameter fisika batuan dalam lubang bor. Well log dinyatakan sebagai hasil rekaman dari logging dengan fungsi kedalaman. Logging merupakan bagian penting dalam pengambilan keputusan mengenai proses pengeboran dan penyelesaian sumur minyak. Logging memberikan data untuk evaluasi formasi yang meliputi penentuan litologi serta perhitungan porositas, tingkat kejenuhan air dan permeabilitas.[7]

Data log dapat dianalisis tanpa melakukan perhitungan. Cara ini dinamakan penafsiran kualitatif data log. Tujuannya untuk melakukan identifikasi terhadap litologi, lapisan permeabel dan fluida reservoir. Data log juga dapat dianalisis dengan perhitungan. Cara ini dinamakan penafsiran kuantitatif data log. Tujuannya untuk perhitungan kandungan serpih pada suatu reservoir serta perhitungan porositas, tingkat kejenuhan air dan permeabilitas.[8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Prastio, Eko (2021). Prastio, E., dan Agusman, A. R., ed. Petrofisika (PDF). Bekasi Utara: Ubhara Jaya Press. hlm. 1. ISBN 978-623-6331-11-8. 
  2. ^ Roni, Kiagus Aahmad (2020). Teknologi Minyak Bumi (PDF). Palembang: Rafah Press UIN Raden Fatah Palembang. hlm. 9. ISBN 978-623-250-159-1. 
  3. ^ Santoso, Binarko (2015). Petrologi Batu Bara Sumatra dan Kalimantan: Jenis, Peringkat dan Aplikasi (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 84. ISBN 978-979-799-807-3. 
  4. ^ Anwar, H., dkk. (2019). "Estimasi Sebaran Lava Basal dengan Pemodelan 3D Menggunakan Data Anomali Magnetik di Daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta" (PDF). Prosiding Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2019: 125. 
  5. ^ Syakir, M., dkk. (2018). Las, I., dkk., ed. Iklim Pertanian Indonesia (PDF). Jakarta: IAARD Press. hlm. 441. ISBN 978-602-344-254-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  6. ^ Fadilah 2020, hlm. 10.
  7. ^ Fadilah 2020, hlm. 10-11.
  8. ^ Fadilah 2020, hlm. 11.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]