Lompat ke isi

Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Stasiun bawah tanah dengan dua jalur di Madrid. Kereta bawah tanah biru dan putih memasuki stasiun di sebelah kiri.
Penempatan CBTC di Madrid Metro, Spanyol
Stasiun layang di Sao Paulo memiliki desain seperti jembatan kabel.
Stasiun Santo Amaro di Jalur 5 dari São Paulo Metro yang menempatkan CBTC
Beberapa dari 30 metro tersibuk di dunia dalam hal perjalanan penumpang tahunan[1] memanfaatkan sistem CBTC

Sistem kendali kereta berbasis komunikasi (bahasa Inggris: Communications-based train control, disingkat CBTC) adalah sistem persinyalan kereta api berbasis komunikasi antara kereta dan peralatan lintasan dengan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data antarberbagai subsistem yang terintegrasi. Sistem ini memungkinkan kereta beroperasi tanpa masinis dan dikendalikan melalui Pusat Kendali Operasi (Operation Control Center).[2]

Tujuan utama CBTC adalah untuk meningkatkan kapasitas lintasan dengan mengatur jarak antarkereta menjadi lebih dekat namun tetap dalam jarak aman.[3]

Dari segi keamanan, sistem persinyalan CBTC akan mendeteksi apabila kereta melaju terlalu cepat.[4]

Pendeteksian kereta dilakukan dengan menggunakan perangkat radio atau Wayside Radio Set (WRS) yang ditempatkan di jalur kereta dan di rangkaian kereta. Radio itu tersambung dengan Operation Control Center (OCC). Dengan demikian kereta akan beroperasi tanpa masinis dan dikendalikan OCC.[5]

Sistem persinyalan CBTC dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu peralatan Automatic Train Supervisory (ATS) yang berada di Operation Control Center (OCC), peralatan Wayside di sepanjang jalur kereta, peralatan On-board yang berada di dalam kereta, dan jaringan data komunikasi yang menghubungkan antara peralatan Wayside dan On-board. CBTC menggunakan tiga fungsi filter (TDMA, FDMA, CDMA) untuk menjamin keandalan dan keamanan komunikasi CBTC dari komunikasi luar yang dapat mengganggu persinyalan kereta.[3]

Fitur utama

[sunting | sunting sumber]

Aplikasi utama

[sunting | sunting sumber]

Sistem CBTC memungkinkan penggunaan infrastruktur kereta api secara optimal serta mencapai kapasitas maksimum dan minimum headway di antara kereta api yang beroperasi, sambil mempertahankan persyaratan keselamatan. Sistem ini cocok untuk jalur perkotaan baru yang sangat menuntut, tetapi juga harus dilapis pada jalur yang ada untuk meningkatkan kinerjanya.[6] Dengan kata lain, CBTC memungkinkan untuk memendekkan ruang antarsatu set kereta tanpa menimbulkan risiko tabrakan. Bagi pengguna, jarak singkat antarkereta, ketepatan jadwal kereta, dan kapasitas angkut yang besar adalah hal utama dalam menggunakan transportasi massal.[7]

Manfaat utama

[sunting | sunting sumber]

Evolusi teknologi dan pengalaman yang diperoleh dalam operasi selama 30 tahun terakhir berarti bahwa sistem CBTC modern lebih andal dan kurang rentan terhadap kegagalan daripada sistem kontrol kereta yang lebih tua. Sistem CBTC biasanya memiliki lebih sedikit peralatan di pinggir jalan dan alat diagnostik dan pemantauannya telah ditingkatkan, yang membuatnya lebih mudah diimplementasikan dan, yang lebih penting, lebih mudah dirawat.[8]

Teknologi CBTC telah (dan sedang) berhasil diimplementasikan untuk berbagai aplikasi seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah (pertengahan 2011). Mulai dari beberapa implementasi dengan jalur pendek, jumlah kendaraan terbatas dan beberapa mode operasi (seperti bandara APM di San Francisco atau Washington), ke lapisan kompleks pada jaringan kereta api yang ada yang mengangkut lebih dari satu juta penumpang setiap hari dan dengan lebih dari 100 kereta api (seperti jalur 1 dan 6 di Metro de Madrid, jalur 3 di Shenzhen Metro, beberapa jalur di Paris Metro, New York City Subway dan Beijing Subway, atau jaringan Sub-Permukaan di London Underground).[9]

Proyek blok bergerak CBTC berbasis radio di seluruh dunia. Proyek diklasifikasikan dengan warna tergantung pada pemasok; yang digarisbawahi sudah dalam operasi CBTC.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Busiest Subways.[1] Diarsipkan 2018-12-26 di Wayback Machine. Matt Rosenberg for About.com, Part of the New York Times Company. Diakses pada Juli 2012.
  2. ^ "MRT Jakarta Gunakan Sistem Persinyalan yang Paling Canggih". detikcom. detik.com. 30 Mei 2018. Diakses tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b "CBTC: Untuk Keamanan, Kenyamanan, dan Keandalan MRT Jakarta". jakartamrt.co.id. 3 Desember 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-11. Diakses tanggal 1 Januari 2020. 
  4. ^ "MRT Jakarta Gunakan Sistem Persinyalan Canggih". republika.co.id. 5 Juni 2018. Diakses tanggal 1 Januari 2020. 
  5. ^ "PT MRT Jakarta Bakal Gunakan Sistem Persinyalan CBTC". jakarta.go.id. 31 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-01. Diakses tanggal 1 Januari 2020. 
  6. ^ CITYFLO 650 Metro de Madrid, Solving the capacity challenge.[2] Diarsipkan 2012-03-30 di Wayback Machine. Bombardier Transportation Rail Control Solutions, 2010. Diakses pada Februari 2020
  7. ^ "CBTC: Untuk Keamanan, Kenyamanan, dan Keandalan MRT Jakarta". jakartamrt.co.id. 3 Desember 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-11. Diakses tanggal 3 Mei 2020. 
  8. ^ Semi-automatic, driverless, and unattended operation of trains.[3] Diarsipkan 2010-11-19 di Wayback Machine. IRSE-ITC, 2010. Diakses melalui www.irse-itc.net pada Maret 2020
  9. ^ Bombardier to Deliver Major London Underground Signalling.[4] Press release, Bombardier Transportation Media Center, 2011. Diakses Maret 2020